Senin, 25 Agustus 2008

Rehabilitasi Padang Lamun: Pentingkah?

Padang lamun memiliki berbagai fungsi ekologi yang vital dalam ekosistem pesisir dan sangat menunjang dan mempertahankan biodiversitas pesisir dan lebih penting sebagai pendukung produktivitas perikanan pantai. Beberapa fungsi padang lamun, yaitu: 1) sebagai stabilisator perairan dengan fungsi sistem perakannya sebagai perangkap dan pengstabil sedimen dasar sehingga perairan menjadi lebih jernih; 2) lamun menjadi sumber makanan langsung berbagai biota laut (ikan dan non ikan); 3) lamun sebagai produser primer; 4) komunitas lamun memberikan habitat penting (tempat hidup) dan perlindungan (tempat berlindung) untuk sejumlah spesies hewan; dan 5) lamun memegang fungsi utama dalam daur zat hara dan elemen-elemen langka di lingkungan laut (Phillips dan Menez, 1988; Fortes, 1990).

Suatu yang sangat ironis jika kita perhatikan fungsi lamun yang begitu penting tetapi di sisi lain perhatian kita terhadap ekosistem ini sangat kurang (dibandingkan dengan dua ekosistem pesisir lainnya, yaitu mangrove dan terumbu karang). Coba kita iseng-iseng menelusuri dua hal mendasar, 1) sebaran dan luasan ekosistem padang lamun di Indonesia; dan 2) kondisi atau tingkat kerusakan ekosistem padang lamun di Indonesia. Jawaban pertama paling bisa kita dapatkan sebaran secara kualitatif, tapi luasan tidak pernah kita dapatkan. Adapun jawaban yang kedua jangan harap akan ada penjelasan untuk skop nasional.

Banyak kegiatan pembangunan di wilayah pesisir telah mengorbankan ekosistem padang lamun, seperti kegiatan reklamasi untuk pembangunan kawasan industri atau pelabuhan seperti kasus di Teluk Banten. Di sisi lain masih kurang upaya yang kita berikan untuk menyelamatkan ekosistem ini. Meskipun data mengenai kerusakan ekosistem padang lamun tidak tersedia tetapi faktanya sudah banyak mengalami degradasi akibat aktivitas di darat.

Dampak yang nyata dari degradasi padang lamun mengarah pada penurunan keragaman biota laut sebagai akibat hilang atau menurunnya fungsi ekologi dari ekosistem ini. Upaya rehabilitasi menjadi isu yang penting untuk dipikirkan bersama, seperti kegiatan transplantasi lamun pada suatu habitat yang telah rusak dan penanaman lamun buatan untuk menjaga kestabilan dan mempertahankan produktivitas perairan.

Dalam kegiatan transplantasi dan penanaman lamun buatan, keberhasilannya tidak saja ditinjau dari seberapa besar luasan habitat yang direhabilitasi tetapi yang jauh lebih penting untuk dinilai yaitu seberapa besar pemulihan ekologi dari habitat tersebut oleh kegiatan transplantasi (pengembalian fungsi ekologi dari ekosistem). Penanaman lamun buatan atau transplantasi lamun yang penting untuk dikaji lebih dalam yaitu kajian keberhasilan fungsi ekologi dari kegiatan tersebut, dalam hal ini peningkatan biodiversitas atau produktivitas perairan. Hasil tersebut tentunya bisa menjadi justifikasi dari suatu kegiatan rehabilitasi.

Dalam penciptaan habitat baru dengan lamun buatan/lamun alami diharapkan memberikan habitat baru bagi berbagai biota laut dan dapat menciptakan suatu proses ekologi terutama proses makan memakan (food chain dan food web). Pada tingkatan produser primer, komunitas epifit merupakan komunitas yang muncul lebih awal dan memodifikasi lingkungan baik secara fisik, kimia maupun biologi. Munculnya komunitas epifit akan mengundang munculnya komunitas dengan level tropik yang lebih tinggi seperti komunitas makrozoobentos yang memanfaatkan detritus dan bahan organik yang terperangkap di sedimen oleh adanya struktur fisik dari lamun buatan/alami. Komunitas epifit juga akan mengundang jenis nekton untuk mencari makan di daerah lamun buatan. Dengan munculnya berbagai komunitas pada suatu lamun buatan dengan sendirinya akan meningkatkan produktivitas perairan dan berimplikasi pada peningkatan biodiversitas biota laut.

Informasi mengenai peningkatan produktivitas dan biodiversitas dari suatu lamun buatan/alami dapat menjadi informasi yang berharga dan akan memberikan penguatan sains dari suatu kegiatan rehabilitasi dalam upaya peningkatan kualitas perairan dan peningkatan produktivitas perikanan.

Tidak ada komentar: